Thursday, June 30, 2016

ABO Grouping my Kasih and Olive




Wow..today is a very special day for Kasih and Olive.
They have a chance to come to my office and I bring them to our teaching Lab (MPI 1-Wet Lab) and experience to see microscope and all those lab equipment.

I take an opportunity to check their ABO Blood grouping.
Kasih ada takut sikit tapi bila Olive berani, dia pun nak.,..
so..jeng jeng jeng...

Here's the result of the blood grouping today.

Kasih and Olive Blood Grouping Result
No. 1 : Olive  - Group O Rh Positive
No. 2 : Kasih - Group O Rh Positive




Close Up result



Kasih - puas hati..



Olive : Excited 

Monday, June 20, 2016

Pola Baju Kurung Moden



Pola Tangan.


Thanks to http://aturgaya.blogspot.my/

Ukuran Standard Pakaian Kanak-kanak dan Perempuan Dewasa

boleh ikut ukuran anda sendiri atau 
ukuran yang sesuai dengan anda mengikut standard size seperti di bawah

Thursday, June 16, 2016

Menjahit Pijama dan Boxer

Setiap hari adalah anugerah Tuhan yang sungguh besar.
Setiap hari adalah hari untuk belajar.
Mendapat peluang untuk belajar sesuatu yang baru pada setiap hari memberi nafas baru.

Puji Tuhan, hari ini berpeluang untuk belajar bagaimana menjahit pijama, seluar pendek dan boxer dengan cara yang mudah. Tidak perlu melaburkan duit untuk menghadiri kelas jahitan.
Hanya duduk di depan komputer, layari youtube, terlalu  banyak perkara di dunia ini boleh dipelajari di hujung jari. Yang penting, hati yang ingin belajar...

Jom layari you tube di bawah;

PIJAMA
https://www.youtube.com/watch?v=Orbd-CBUwVM

SHORT PANTS
https://www.youtube.com/watch?v=Cj_crFQgBv4

BOXER ; DIY
https://www.youtube.com/watch?v=IOxBrgQk4gM

Wednesday, June 15, 2016

BAGAIMANAKAH ORANG KRISTEN MENDIDIK ANAK-ANAKNYA?


ULANGAN 11 : 18-21
Pengajaran firman Tuhan kepada anak perlu dilakukan secara berulang-ulang dan dengan tidak bosan-bosannya karena ini akan memudahkan anak untuk mengerti apa yang kita ajarkan. Dalam kitab Ulangan 11:19 jelas dikatakan, “Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.”Sejarah bangsa Ibrani memperlihatkan bahwa ayah harus rajin mengajar anak-anaknya menuruti jalan dan firman Tuhan demi untuk pertumbuhan rohani dan kesejahteraan mereka. Ayah yang taat kepada perintah-perintah dalam Firman Tuhan akan melakukan hal ini. Kepentingan utama dari ayat ini adalah anak-anak didewasakan dalam “ajaran dan nasehat Tuhan” yang adalah merupakan tanggung jawab seorang ayah dalam rumah tangga. Dalam Amsal 22:6-11, khususnya ayat 6 yang berbunyi“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.” Mendidik mengindikasikan pendidikan mula-mula yang diberikan ayah dan ibu pada seorang anak, yaitu pendidikan awal. Pendidikan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan anak pada pola hidup yang direncanakan baginya. Memulai pendidikan anak dengan cara sedemikian adalah hal yang amat penting, sama seperti pohon bertumbuh mengikuti arah batangnya waktu baru ditanam. Dalam mendidik anak, seharusnya orang tua tidak hanya banyak bicara, tetapi lebih banyak memberikan teladan kepada anak. Jadi, seandainya orang tua hendak mengajarkan firman Tuhan mereka harus terlebih dahulu menunjukkannya, memberikan contoh kepada anak. Hal ini tentunya akan lebih memudahkan orang tua dalam mengajarkan segala sesuatu kepada anak. Pada dasarnya, sejak kecil anak sudah bisa mengerti atau tanggap terhadap teladan yang diberikan orang tua, misalnya ketika diajarkan berdoa. Namun, ketika anak sudah mulai lebih besar, ayah sebaiknya mengajarkan kesaksian hidup, hidup yang dipimpin Tuhan, hidup di dalam Tuhan, dan juga mengajarkan bagaimana melakukan Firman Tuhan di dalam kehidupan yang sebenarnya. Ayat dari Perjanjian Baru memberi kita gambaran yang jelas akan perintah Tuhan kepada ayah dalam hubungannya dengan membesarkan anak-anaknya. Efesus 6:4 adalah ringkasan dari kata-kata nasehat kepada para orangtua, yang di sini diwakili oleh ayah, dan dinyatakan secara negatif dan positif. “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.” Di sini ditemukan apa yang dikatakan oleh Alkitab mengenai tanggung jawab ayah dalam membesarkan anak-anak mereka,
a. Aspek negatif dari ayat ini mengindikasikan bahwa seorang ayah tidak boleh mendorong perkembangan emosi-emosi tidak baik dari anak-anak mereka melalui pernyataan kekuasaan secara berlebihan, tidak adil, memihak atau tanpa alasan. Sikap yang tidak sehat terhadap anak akan mengakibatkan kepahitan hati. bAspek positif dinyatakan dalam arah yang menyeluruh, yaitu mendidik mereka, membesarkan mereka, mengembangkan tingkah laku mereka melalui pengajaran dan nasehat dari Tuhan. Ini adalah pendidikan (ayah selaku suri teladan) anak – proses pendidikan dan disiplin yang menyeluruh. Kata “nasehat” mempunyai pengertian “menempatkan dalam pikiran anak” yaitu tindakan mengingatkan anak akan kesalahan-kesalahan (secara konstruktif) atau kewajiban-kewajiban (tanggung jawab sesuai dengan tingkat umur dan pengertian). Cara orangtua mendidik anak sangat menentukan perkembangan anak. Jika mereka gagal mendidik anak dengan tepat, maka anak-anaknya nantinya akan berpotensi menjadi anak yang sulit untuk dipegang, dan lebih buruk lagi, dia akan menjadi calon penjahat dan perusak masyarakat. Karena itu, pendidikan anak merupakan satu hal yang perlu dipikirkan secara serius dan tidak boleh diabaikan. Kalau anak-anak di­didik dengan baik dan benar, mereka akan menjadi pemimpin-pemimpin masa depan yang bermoral, yang mempunyai cara hidup yang berkenan kepada Tuhan. Dalam aspek pendidikan anak, Alkitab memberikan penekanan lebih serius kepada bapak-bapak. Ada 3 alasan yang mendasari penekanan ini, Pertama,Alkitab mengatakan bahwa pendidikan anak adalah tugas penting yang tidak boleh diabaikan bapak. Seorang ayah tidak bisa meninggalkan tang­gung jawab pendidikan anak dan menyerahkan seluruh aspek pendidikan kepada ibu karena dia sendiri berperan sebagai wakil Allah dalam keluarga.  Rasul Paulus mengatakan, suami adalah kepala bagi isteri sama seperti Kristus adalah Kepala bagi jemaat. Kedua, anak belajar mengenal Allah melalui figur ayah. Kalau seorang anak mempunyai konsep yang salah tentang ayahnya, maka konsepnya tentang Allah pun salah. Ketiga, yang seringkali membuat anak marah dan sakit hati adalah ayah. Tentu saja tidak semua ayah berbuat demikian. Tetapi di dalam masyarakat, yang paling sering menganiaya anak adalah ayah. Karena itulah Alkitab mengatakan, “Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu.” Maka dalam mendidik anak, yang paling utama adalah diperlukan adanya keteladan dari para orang tua. Kalau para orang tua mampu menunjukkan teladan yang baik, yang berdasarkan ketaatan pada Firman Tuhan serta membina hubungan yang baik antara suami dan isteri berdasarkan kasih Kristus, akan menumbuhkan anak-anak yang taat kepada Tuhan dan kepada orangtuanya. Sebaliknya, kalau para orang tua menunjukkan perilaku yang buruk dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama bahkan dengan keluarganya sendiri, akan menumbuhkan perilaku yang buruk pula dalam pribadi anak. Dalam Amsal 6: 20-29, dijelaskan bahwa beberapa contoh buruk yang dapat merusak perilaku anak adalah dosa perzinahan. Orang tua yang tidak mampu memberikan teladan akan menghasilkan anak-anak yang tidak bisa jadi teladan pula. Di satu sisi mereka diajar bahwa tidak setia kepada pasangan, mabuk-mabukan, berjudi, memakai narkoba adalah sesuatu yang salah dan harus dijauhi. Namun di sisi lain mereka mengetahui bahwa orangtua mereka sendiri melakukannya. Anak-anak semacam ini akan menjadi bingung, gamang, malu, sakit hati, sedih, marah dan juga berontak. Tak jarang mereka meniru apa yang dilakukan oleh orangtua mereka sebagai wujud dari protes. Bentuk lain dari perlakuan negatif dari orangtua yang dapat merusak pribadi anak-anak adalah hukuman (fisik dan omelan) yang berlebihan kepada anak, perlakuan pilih kasih, ketiadaan tatkala sang anak membutuhkan kehadiran orangtua, tuntutan terus-menerus tanpa pujian, atau terlalu memproteksi anak sehingga mereka tidak belajar untuk mandiri. Kata “membangkitkan” berarti membuat jadi jengkel, membuat tidak berdaya, memanas-manasi, dan lain-lain. Hal ini dilakukan dengan cara yang salah, yaitu kuasa yang berlebihan, tidak masuk akal, kasar, tuntutan yang kejam, larangan yang tidak perlu. Provokasi semacam ini akan mengakibatkan reaksi yang tidak baik, menumpulkan perasaan, menghilangkan kemauannya untuk hal-hal yang suci, dan membuat dia merasa tidak mungkin bisa memuaskan orangtuanya. Orangtua yang bijaksana berusaha membuat ketaatan sebagai sesuatu yang didambakan dan diperoleh dengan cinta kasih dan kelemahlembutan. Orangtua tidak boleh menjadi penindas yang tidak berTuhan. Martin Luther mengatakan, “Selain tongkat, siapkan apel untuk diberikan kepada anak pada saat dia berbuat yang baik.” Disiplin dalam pendidikan dan budaya umum harus dilaksanakan dengan hati-hati dan didikan yang terus menerus dengan banyak doa. Teguran, disiplin dan nasehat berdasarkan Firman Tuhan, menegur dan memuji ketika perlu adalah tanda dari “nasehat.” Pengajaran yang diberikan bersumber dari Tuhan, dipelajari dalam sekolah pengalamanan Kristiani, dan dilaksanakan oleh orangtua (ayah). Disiplin Kristen dibutuhkan untuk mencegah anak bertumbuh besar tanpa menghormati Tuhan, otoritas orangtua, pengetahuan akan standar keKristenan dan penguasaan diri. “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik” (2 Timotius 3:16-17). Inilah yang dikatakan Alkitab tentang menjadi ayah. Cara dan metode yang dipergunakan ayah untuk mengajarkan kebenaran Allah tentunya akan berbeda. Namun kebenaran-kebenaran itu harus selalu dapat diterapkan dalam pekerjaan apapun, dan dalam cara hidup bagaimanapun. Saat ayah setia menjadi contoh dan teladan, apa yang dipelajari anak mengenai Allah akan memampukan dia berdiri dengan teguh sepanjang umur hidup mereka, apapun yang mereka lakukan atau kemanapun mereka pergi. Mereka akan belajar “mengasihi Tuhan Allah mereka dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap kekuatan mereka” dan mau melayani Dia dalam segala hal yang mereka lakukan. Masa depan setiap masyarakat terletak pada bagaimana anak-anak dibesarkan di dalam unit keluarga. Ketika ada yang salah di dalam lingkungan keluarga, dan orang-tua tidak memberikan perhatian yang benar kepada anak-anak di dalam rumah tangga dan tidak memenuhi tanggung-jawab yang diperintahkan oleh Allah untuk memperlengkapi anak-anak mereka untuk hidup dengan benar dalam hidup ini, maka masa depan dari orang-orang itu akan menghadapi kesulitan yang sesungguhnya. Ayah Kristen adalah merupakan alat dalam tangan Tuhan dalam sisi keayahan ini. Karena keKristenan adalah satu-satunya agama yang benar, dan Allah di dalam Kristus adalah satu-satunya Allah yang sejati, satu-satunya cara pendidikan yang mendatangkan hasil adalah ajaran dan nasehat Tuhan. Seluruh proses pengajaran dan disiplin harus berdasarkan apa yang diperintahkan Tuhan, dan yang dilakukan Tuhan, sehingga otoritasNya dapat senantiasa dan langsung bersentuhan dengan pikiran, hati, hati nurani sang anak. Ayah manusiawi tidak boleh menempatkan dirinya sebagai otoritas tertinggi dalam hal kebenaran dan kewajiban. Hal ini hanya akan mengembangkan aspek “diri sendiri.” Hanya dengan menjadikan Allah, Allah di dalam Kristus, sebagai Guru dan Penguasa, yang karena otoritasNya segala sesuatu dapat dipercaya dan karena ketaatan kepada kehendakNya segala sesuatu akan terjadi, maka sasaran dari pendidikan dapat tercapai. Oleh karena itu, jadilah ayah yang bijaksana dan setia selalu mengajarkan kehendak Tuhan, sehingga anak-anak menjadi taat kepada Tuhan dan melakukannya dengan sadar, karena mereka tahu bahwa itu baik.

Bagaimana seharusnya orang-orang Kristen mendisiplinkan anak-anak mereka? Apa kata Alkitab?

Pertanyaan: Bagaimana seharusnya orang-orang Kristen mendisiplinkan anak-anak mereka? Apa kata Alkitab?

Jawaban: 
Dulu, memukul anak di pantat merupakan praktek mendidik anak yang diterima secara luas. Namun demikian, belakangan ini memukul anak (dan bentuk-bentuk hukuman badan lainnya) telah diganti dengan konsep “time-outs” (berhenti dari aktivitas-aktivitas yang mereka sukai) dan bentuk-bentuk hukuman lainnya yang tidak bersifat hukuman fisik.

Di beberapa negara, memukul anak bahkan sudah dianggap ilegal. Banyak orangtua yang takut memukul anaknya. Apalagi jika sampai dilaporkan kepada pemerintah bisa-bisa malah berakibat anaknya diambil dari mereka.

Jangan salah paham, kami bukan mendukung penyiksaan anak atau perlakuan kasar terhadap anak. Seorang anak tidak boleh didisiplin secara fisik sampai mengakibatkan kerusakan/gangguan fisik pada anak yang bersangkutan.

Namun, menurut Alkitab, mendisiplinkan anak secara fisik pada batas-batas tertentu merupakan hal yang baik; yang bisa mendukung pertumbuhannya serta mendatangkan kebaikan bagi si anak sendiri.

Banyak ayat Alkitab yang mendorong disiplin secara fisik. “Jangan menolak didikan dari anakmu ia tidak akan mati kalau engkau memukulnya dengan rotan. Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati.”

Masih ada ayat-ayat lain yang mendukung penghukuman secara fisik (Amsal 13:24; 22:15; 20:30). Alkitab sangat menekankan pentingnya disiplin; itu merupakan sesuatu yang harus kita miliki supaya menjadi orang-orang yang produktif. Disiplin merupakan hal yang lebih mudah dipelajari ketika seseorang masih muda.

Anak-anak yang tidak didisiplinkan akan tumbuh sebagai pemberontak, tidak menghormati otoritas dan akibatnya mereka juga tidak mau menaati dan mengikuti Allah.

Allah menggunakan disiplin untuk mengoreksi dan memimpin kita ke jalan yang benar, dan mendorong kita menyesali perbuatan-perbuatan kita (Mazmur 94:12; Amsal 1:7, 6:23, 12:1, 13:1, 15:5; Yesaya 38:16; Ibrani 12:9). Ini hanyalah beberapa ayat yang berbicara mengenai faedah dari disiplin.

Di sinilah masalahnya, sering kali para orangtua terlalu pasif atau terlalu agresif dalam usaha mereka membesarkan anak-anak. Mereka yang tidak percaya soal memukul anak sering kali tidak punya kemampuan untuk mengoreksi dan mendisiplinkan secara tepat, sehingga anak mereka bertumbuh secara liar dan suka melawan. Hal ini merusak anak dalam jangka panjang. “Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya” (Amsal 29:15).

Ada pula orangtua yang salah mengerti definisi Alkitab mengenai disiplin (atau mungkin mereka memang orang yang kasar dan suka menyiksa). Mereka menggunakan disiplin untuk membenarkan kekasaran dan penyiksaan terhadap anak-anak mereka.

Disiplin digunakan untuk mengoreksi dan mendidik orang untuk berjalan pada jalan yang benar. “Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya” (Ibrani 12:11).

Disiplin dari Allah itu penuh kasih, sebagaimana mestinya antara orangtua dan anak. Memukul anak tidak boleh sampai menyebabkan gangguan yang permanen atau dengan maksud untuk menyakiti, tapi memukul secara cepat (di bagian belakang/pantat di mana paling banyak daging) untuk mengajari mereka bahwa apa yang dilakukannya tidak dapat diterima.

Hal ini tidak boleh dilakukan untuk melampiaskan amarah atau rasa frustrasi kita, atau secara tidak terkontrol.

“Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan” (Efesus 6:4).

Mendidik anak “dalam ajaran dan nasihat Tuhan” termasuk menghukum, mengoreksi, dan ya, termasuk disiplin secara fisik yang dilakukan dalam kasih.

22 Cara Membimbing Anak dalam Tuhan

22 Cara Membimbing Anak dalam Tuhan


Jenis Bahan PEPAK: Tips

Tujuan dari setiap orang tua Kristen bukanlah untuk membesarkan anak yang baik, menghasilkan pelajar yang hebat secara akademis, atlet yang hebat, atau lainnya. Tujuan utamanya adalah memperlengkapi anak-anak kita, orang-orang kudus yang kecil ini "bagi pekerjaan pelayanan" (Efesus 4:12, Maret 10:45), atau dengan kata lain mendidik mereka agar tetap berada dalam jalur yang benar, sehingga dapat dipakai oleh Allah. Jika pada akhirnya mereka tidak dapat dipakai oleh Kristus, mereka tidak mengatasi hidup ini secara rohani dan dengan hikmat, maka sebagai orang tua, kita telah gagal.
  1. Ajaklah anak-anak Anda membaca biografi dan autobiografi tokoh-tokoh Kristen di masa lampau. Sebagai seorang Kristen muda, dulu saya menenggelamkan diri dalam buku-buku seperti ini dan mereka sungguh menjadi berkat dalam hidup saya. Kami mendorong anak-anak kami untuk membaca buku-buku ini, dan itu membantu mereka untuk melihat bagaimana Allah bekerja dalam kehidupan orang-orang Kristen.
  2. Berdoalah bagi anak-anak Anda dan biarkan mereka mendengarkan Anda berdoa. Ajarkan kepada anak-anak Anda, bagaimana berdoa.
  3. Pastikan anak-anak Anda melihat Anda membaca Alkitab dan melakukan renungan pribadi. Anda juga bisa membacakan dan menjelaskan Alkitab kepada mereka. Hubungan pribadi, intim, dan nyata dengan Allah, akan menjadi pengaruh yang paling penting dalam membesarkan anak-anak bagi Tuhan. Hal penting lainnya adalah mengajarkan kepada anak-anak Anda, bagaimana caranya agar mereka bisa memiliki hubungan seperti itu, dan memastikan mereka memiliki hubungan yang intim, pribadi, dan bergairah dengan Tuhan.
  4. Hal yang paling penting dalam membesarkan anak-anak yang rohani adalah orang tua dapat mempertahankan hati sang anak (Amsal 23:26). Anda harus berdoa setiap hari dan mengusahakannya setiap hari. Anda harus menyisihkan waktu untuk berkomunikasi dengan mereka. Anda harus bisa menarik keluar apa yang ada dalam hati mereka. Hati anak Anda dapat hilang, menjadi keras, atau dicuri. Hal ini menyebabkan pemberontakan dalam diri anak. Jika Anda kehilangan hati anak Anda, segeralah mendapatkan hatinya kembali.
  5. Pastikan Anda mendahulukan Allah, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam hal memberi. Jelaskan kepada anak Anda bahwa semua uang adalah milik Allah, bukan hanya 10 persen. Ajarkan kepada mereka untuk memberikan persembahan kepada Allah sejak usia dini, dan pastikan mereka juga melihat Anda memberi persembahan kepada Tuhan.
  6. Pastikan anak-anak melihat Anda berserah kepada Roh Kudus dan doronglah mereka untuk berserah juga kepada Roh Kudus. Biarkan mereka melihat Anda mengambil keputusan-keputusan rohani yang baik dan semakin berserah kepada Allah.
  7. Bagikanlah kesaksian hidup Anda dengan anak-anak Anda. Beri tahu mereka bagaimana Anda diselamatkan. Berdoalah dengan sungguh-sungguh untuk mereka agar diselamatkan, dan pastikan mereka mengerti Injil pada umur yang muda.
  8. Pastikan anak-anak Anda melihat Anda membagikan traktat kepada orang lain atau usaha penginjilan lainnya, dan libatkan mereka dalam pelayanan Anda.
  9. Pastikan anak-anak Anda pernah mendengarkan Anda menjelaskan Injil kepada orang yang belum selamat. Ajarkan anak-anak Anda untuk menjelaskan hal yang sama.
  10. Pastikan anak-anak Anda mendengar Anda menyatakan saling mencintai kepada pasangan Anda.
  11. Pastikan anak-anak Anda mendengarkan Anda mengucap syukur kepada Allah atas berkat-berkat-Nya dalam keluarga Anda.
  12. Pastikan anak-anak Anda mendengar Anda memberitahu orang lain betapa pentingnya jemaat lokal bagi Anda. Pastikan mereka mengerti pentingnya berjemaat dengan setia (1 Korintus 4:2; Ibrani 10:25).
  13. Beritahukan secara rutin kepada anak-anak Anda, bahwa Anda mengasihi mereka.
  14. Jelaskan kebenaran-kebenaran Alkitab kepada anak-anak Anda, dan buatlah penerapan-penerapan praktis akan kebenaran tersebut dalam aktivitas sehari-hari.
  15. Jelaskan kebenaran-kebenaran doktrinal Alkitab yang benar kepada anak-anak Anda. Sangat penting untuk menjelaskan bagaimana Roh Kudus bekerja dalam hidup Anda. Jelaskan apa artinya dipenuhi (dikuasai) oleh Roh Kudus.
  16. Berjemaatlah di sebuah gereja yang memiliki pengajaran Alkitab yang baik. Pastikan penekanan gereja ini adalah dalam hal bertumbuh secara rohani, memenangkan jiwa-jiwa, dan bukan berorientasi kepada aktivitas. Jangan mencari gereja hanya karena aktivitas apa yang tersedia bagi anak-anak. Carilah gereja yang menekankan pengajaran kebenaran rohani, yang memiliki pelayanan firman Tuhan sebagai penekanan utama mereka, yang mendorong hidup kudus dan saleh dan yang tidak terlibat dalam musik yang fasik (musik yang menarik bagi daging bukan roh) seperti musik Kristen kontemporer, musik "Southern Gospel" [musik Gospel orang AS bagian selatan, Red.], atau gereja yang lebih menekankan musik dari pada firman Tuhan. Banyak gereja yang mengagungkan persekutuan remaja/pemuda dan musik mereka daripada Tuhan. (Ini adalah berhala). Carilah gereja yang menekankan musik himne.
  17. Lindungilah anak-anak Anda dari pengaruh televisi dan musik yang duniawi, serta pergaulan yang duniawi. Pastikan anak-anak Anda tidak berfokus pada lawan jenis pada usia dini. Pastikan Anda menjadi pihak yang paling berpengaruh dalam hidup anak-anak Anda.
  18. Pastikan Anda menjalani hidup yang kudus, terpisah dari keduniawian, kejahatan, dan kefasikan. Pastikan hidup Anda adalah kesaksian kekudusan, bukan hanya di gereja tetapi juga di rumah.
  19. Didiklah anak-anak Anda dalam atmosfer yang alkitabiah, saleh, dan Kristiani. Jangan tertipu bahwa Anda bisa mendidik anak Anda dengan sistem dunia (yang adalah sistem Iblis) dan itu tidak akan berpengaruh pada mereka.
  20. Berusaha menanamkan karakter Kristiani yang saleh dalam hidup anak-anak Anda dengan disiplin. Seorang anak harus belajar taat. Seorang anak harus belajar bahwa dia tidak perlu diberitahu berulang-ulang untuk taat. Disiplinkan anak Anda dengan benar. Adalah tanggung jawab Anda untuk mengajar anak Anda bagaimana berkonsentrasi.
  21. Pastikan Anda tidak hidup setiap hari dalam amarah yang fasik atau dalam roh amarah (Efesus 4:31-32). Kebanyakan orang tua kehilangan hati anak-anak mereka karena menggunakan amarah yang fasik pada mereka. Alkitab mengatakan "Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana, dan tongkat amarahnya akan habis binasa." (Amsal 22:8) Amarah yang tidak benar berasal dari kesombongan (Amsal 21:24). Banyak orang Kristen yang menjalani hidup sehari-hari mereka, berpikir bahwa mereka bersekutu dengan Allah, padahal dalam kenyataannya mereka menjalani hidup dalam dosa amarah, di luar persekutuan dengan Allah (1 Yohanes 1:6-10). Amarah yang fasik sangatlah menipu dan banyak orang Kristen yang tertipu olehnya (Galatia 6:7-8). Dengan melakukan ini, kita membuka hidup kita kepada Iblis dan kehancuran darinya (1 Petrus 5:8). Kehancuran ini terjadi dalam hidup kita, dalam hidup keluarga kita, dan anak-anak kita. Esensi hidup Kristiani adalah dikuasai oleh Roh Allah (Efesus 5:18). Kita tidak dikuasai oleh Roh Allah jika kita menjalani hidup kita sehari-hari dalam amarah yang fasik. Iblis sangat menipu, dan amarah yang fasik dirancang oleh Iblis untuk menghancurkan keluarga Anda dan hidup Anda. Pastikan Anda mengerti bahwa "kasih itu murah hati" (1 Korintus 13:4).
  22. Anda harus membangun karakter yang saleh dalam hidup anak-anak Anda. Karakter mereka adalah tujuan akhir mereka. Alkitab memberikan sedikitnya 49 jenis karakter yang berbeda. Iblis sangat tertarik dengan karakter mereka dan karakter Anda. Ia tidak peduli tentang engkau atau anak-anakmu. Ia memiliki tiga keinginan -- mencuri, membunuh, dan membinasakan (Yohanes 10:9-10). Sadarlah bahwa Anda melawan Iblis demi anak-anak Anda (1 Petrus 5:8). Pastikan ada diskusi tentang karakter di rumah tangga. Belajarlah untuk memuji karakter yang bagus dalam anak-anak Anda (Ini mungkin adalah poin yang terpenting) (Amsal 27:21). Secara umum, banyak orang tidak memuji anak-anaknya atau memuji hal-hal yang salah, seperti kecantikan atau prestasi yang membangkitkan kesombongan. Memuji karakter anak-anak Anda membangkitkan kemajuan bagi mereka tanpa menimbulkan kesombongan.
"Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah." (Mazmur 127:3)
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs:Semarang-ministry
Alamat URL:http://www.semarang-ministry.org/membesarkan-anak-dalam-tuhan/
Judul asli artikel:Membesarkan Anak dalam Tuhan
Penulis:Dr. Terry L. Coomer
Tanggal akses:24 Januari 2011

Peranan Wanita dalam Mendidik Anak

Peran Wanita dalam Mendidik Anak

Dirangkum oleh: S. Setyawati
Seorang wanita diciptakan untuk menjadi penolong yang sepadan bagi seorang laki-laki. Dalam keluarga, selain menjadi penolong suami, seorang wanita juga bertanggung jawab dalam mencintai, membesarkan, dan mendidik anak.
Ketika seorang wanita memperoleh anugerah seorang anak, ia mendapatkan tanggung jawab lebih dalam hidupnya. Selain ia harus mengasihi suaminya, wanita harus mengasihi anaknya juga. Sebagai seorang ibu, kita diharapkan memiliki kasih yang secara nyata terwujud dalam cara membesarkan, memeluk, mencukupi kebutuhan, dan berteman dengan anak. Sebagai mitra suami, istri seharusnya melakukan beberapa hal berikut ini.
  1. Selalu bersedia mendampingi anak, baik pagi, siang, maupun malam (Ulangan 6:6-7).
  2. Berinteraksi, berdiskusi, bermain, dan bersabar mendidik anak (Efesus 6:4).
  3. Mengajarkan Alkitab, pandangan dunia yang alkitabiah kepada anak (Mazmur 78:5-6Ulangan 4:10Efesus 6:4).
  4. Menolong anak mengembangkan keterampilan dan menemukan kekuatannya (Amsal 22:6).
  5. Mendisiplin anak dan mengajarkan takut akan Tuhan, menentukan batas secara konsisten, penuh kasih dan ketegasan (Efesus 6:4Ibrani 12:5-11Amsal 13:24, 19:18, 22:15, 23:13-14, 29:15-17).
  6. Membesarkan anak dan menyediakan lingkungan yang mendukung, penuh penerimaan, kemesraan, dan kasih yang tanpa syarat (Titus 2:42 Timotius 1:7Efesus 4:29-32; 5:1-2Galatia 5:221 Petrus 3:8-9).
  7. Memberi teladan dengan integritas dan menjadi teladan bagi anak (Ulangan 4:9,15,23Amsal 10:9, 11:3Mazmur 37:18, 37).
Tidak semua wanita mendapatkan anugerah menjadi ibu secara biologis. Namun, Alkitab mengatakan bahwa mereka yang diberkati Tuhan untuk menjadi ibu harus menerima tanggung jawab itu dengan serius. Para ibu memiliki peranan yang unik dan krusial dalam hidup anak-anak mereka. Menjadi ibu adalah tugas yang panjang, tetapi menyenangkan. Ibu harus menjaga dan memperhatikan anak mulai dari dalam kandungan sampai anak menjadi dewasa. Sekalipun peranan keibuan harus berubah dan berkembang, kasih, perhatian, perawatan, dan dorongan yang harus diberikan ibu jangan pernah berakhir.
Bersama suami, seorang ibu harus menanamkan kebenaran firman Tuhan kepada anak secara berulang-ulang (Ulangan 11:19). Kepentingan utama dari ayat ini adalah anak-anak didewasakan dalam "ajaran dan nasihat Tuhan". Ini merupakan tanggung jawab orang tua, termasuk para ibu. Agar anak tidak menyimpang dari jalan Tuhan, ayah dan ibu harus mendidik anak sesuai kebenaran firman Tuhan (Amsal 22:6-11). Dalam keluarga, anak harus mendapatkan pendidikan awal yang memperkenalkan anak pada pola hidup yang direncanakan baginya. Dalam mendidik anak, orang tua seharusnya tidak banyak bicara. Sebaliknya, orang tua seharusnya lebih banyak memberikan teladan kepada anak. Sejak anak masih kecil, berikan teladan praktis yang benar dan baik. Misalnya, teladan berdoa. Nah, ketika anak beranjak remaja atau dewasa, ayah dan ibu sebaiknya mengajarkan kesaksian hidup, hidup yang dipimpin Tuhan, hidup di dalam Tuhan, dan juga mengajarkan bagaimana melakukan firman Tuhan di dalam kehidupan (Efesus 6:4). Dalam ayat ini ditekankan bahwa:
  1. Ayah dan ibu tidak boleh mendorong perkembangan emosi-emosi negatif anak-anak melalui pernyataan kekuasaan secara berlebihan, tidak adil, memihak, atau tanpa alasan. Sikap yang tidak sehat terhadap anak akan mengakibatkan kepahitan hati.
  2. Ayah dan ibu bertanggung jawab untuk mendidik, membesarkan, dan mengembangkan tingkah laku anak-anak melalui pengajaran dan nasihat dari Tuhan. Nasihat dalam hal ini termasuk mengingatkan anak akan kesalahan-kesalahan (secara konstruktif) atau kewajiban-kewajiban.
Secara umum, cara orang tua mendidik anak sangat menentukan perkembangan anak. Oleh karena itu, jika orang tua tidak mendidik anak dengan tepat, anak-anak akan berpotensi menjadi anak yang sulit untuk dibimbing, dan bahkan menjadi pemberontak atau pembuat kerusuhan. Sebaliknya, jika anak-anak dididik dengan baik dan benar, mereka akan menjadi pemimpin-pemimpin masa depan yang bermoral, yang mempunyai cara hidup yang berkenan kepada Tuhan.
Dalam mendidik anak, hal paling penting diberikan adalah keteladanan dari para orang tua. Sebisa mungkin, jangan pernah melakukan kecerobohan dengan melakukan perselingkuhan/perzinaan, pemberian hukuman (fisik dan omelan) yang berlebihan kepada anak, perbuatan pilih kasih, ketidakhadiran orang tua ketika si anak membutuhkan mereka, tuntutan terus-menerus tanpa pujian, atau terlalu memproteksi anak sehingga mereka tidak dapat belajar mandiri.
Selain itu, sebagai ibu dan pendamping suami, kita harus saling mengingatkan untuk tidak "membangkitkan" amarah anak. Artinya, jangan sampai kita membuat mereka jengkel, tidak berdaya, dan sebagainya, dengan mempraktikkan kuasa yang berlebihan, tidak masuk akal, kasar, tuntutan yang kejam, dan larangan yang tidak perlu. Provokasi semacam ini akan mengakibatkan reaksi yang tidak baik, menumpulkan perasaan, menghilangkan kemauan anak untuk hal-hal yang suci, dan membuatnya merasa tidak berguna bagi orang tuanya. Orang tua yang bijaksana berusaha membuat ketaatan sebagai sesuatu yang didambakan dan diperoleh dengan cinta kasih dan kelemahlembutan. Orang tua tidak boleh menjadi penindas yang amoral dan tidak kenal kasih. Martin Luther berkata, "Selain tongkat, siapkan apel untuk diberikan kepada anak pada saat dia berbuat yang baik." Disiplin dalam pendidikan dan budaya umum harus dilaksanakan dengan hati-hati dan dengan didikan yang terus-menerus disertai banyak doa. Teguran, disiplin, dan nasihat berdasarkan firman Tuhan, menegur dan memuji ketika perlu adalah tanda dari "nasihat". Pengajaran yang diberikan bersumber dari Tuhan, dipelajari dalam "sekolah" pengalaman kristiani, dan dilaksanakan oleh orang tua (2 Timotius 3:16-17).
Dirangkum dari:
  1. __________. "Apa Kata Alkitab Mengenai Ibu Kristen?" Dalam http://www.gotquestions.org/Indonesia/ibu-Kristen.html
  2. __________. "Bagaimanakah Orang Kristen Mendidik Anak-Anaknya?" Dalam http://berbic.wordpress.com/2011/06/25/bagaimanakah-orang-kristen-mendid...