Peran Wanita dalam Mendidik Anak
Dirangkum oleh: S. Setyawati
Seorang wanita diciptakan untuk menjadi penolong yang sepadan bagi seorang laki-laki. Dalam keluarga, selain menjadi penolong suami, seorang wanita juga bertanggung jawab dalam mencintai, membesarkan, dan mendidik anak.
Ketika seorang wanita memperoleh anugerah seorang anak, ia mendapatkan tanggung jawab lebih dalam hidupnya. Selain ia harus mengasihi suaminya, wanita harus mengasihi anaknya juga. Sebagai seorang ibu, kita diharapkan memiliki kasih yang secara nyata terwujud dalam cara membesarkan, memeluk, mencukupi kebutuhan, dan berteman dengan anak. Sebagai mitra suami, istri seharusnya melakukan beberapa hal berikut ini.
- Selalu bersedia mendampingi anak, baik pagi, siang, maupun malam (Ulangan 6:6-7).
- Berinteraksi, berdiskusi, bermain, dan bersabar mendidik anak (Efesus 6:4).
- Mengajarkan Alkitab, pandangan dunia yang alkitabiah kepada anak (Mazmur 78:5-6; Ulangan 4:10; Efesus 6:4).
- Menolong anak mengembangkan keterampilan dan menemukan kekuatannya (Amsal 22:6).
- Mendisiplin anak dan mengajarkan takut akan Tuhan, menentukan batas secara konsisten, penuh kasih dan ketegasan (Efesus 6:4; Ibrani 12:5-11; Amsal 13:24, 19:18, 22:15, 23:13-14, 29:15-17).
- Membesarkan anak dan menyediakan lingkungan yang mendukung, penuh penerimaan, kemesraan, dan kasih yang tanpa syarat (Titus 2:4; 2 Timotius 1:7; Efesus 4:29-32; 5:1-2; Galatia 5:22; 1 Petrus 3:8-9).
- Memberi teladan dengan integritas dan menjadi teladan bagi anak (Ulangan 4:9,15,23; Amsal 10:9, 11:3; Mazmur 37:18, 37).
Tidak semua wanita mendapatkan anugerah menjadi ibu secara biologis. Namun, Alkitab mengatakan bahwa mereka yang diberkati Tuhan untuk menjadi ibu harus menerima tanggung jawab itu dengan serius. Para ibu memiliki peranan yang unik dan krusial dalam hidup anak-anak mereka. Menjadi ibu adalah tugas yang panjang, tetapi menyenangkan. Ibu harus menjaga dan memperhatikan anak mulai dari dalam kandungan sampai anak menjadi dewasa. Sekalipun peranan keibuan harus berubah dan berkembang, kasih, perhatian, perawatan, dan dorongan yang harus diberikan ibu jangan pernah berakhir.
Bersama suami, seorang ibu harus menanamkan kebenaran firman Tuhan kepada anak secara berulang-ulang (Ulangan 11:19). Kepentingan utama dari ayat ini adalah anak-anak didewasakan dalam "ajaran dan nasihat Tuhan". Ini merupakan tanggung jawab orang tua, termasuk para ibu. Agar anak tidak menyimpang dari jalan Tuhan, ayah dan ibu harus mendidik anak sesuai kebenaran firman Tuhan (Amsal 22:6-11). Dalam keluarga, anak harus mendapatkan pendidikan awal yang memperkenalkan anak pada pola hidup yang direncanakan baginya. Dalam mendidik anak, orang tua seharusnya tidak banyak bicara. Sebaliknya, orang tua seharusnya lebih banyak memberikan teladan kepada anak. Sejak anak masih kecil, berikan teladan praktis yang benar dan baik. Misalnya, teladan berdoa. Nah, ketika anak beranjak remaja atau dewasa, ayah dan ibu sebaiknya mengajarkan kesaksian hidup, hidup yang dipimpin Tuhan, hidup di dalam Tuhan, dan juga mengajarkan bagaimana melakukan firman Tuhan di dalam kehidupan (Efesus 6:4). Dalam ayat ini ditekankan bahwa:
- Ayah dan ibu tidak boleh mendorong perkembangan emosi-emosi negatif anak-anak melalui pernyataan kekuasaan secara berlebihan, tidak adil, memihak, atau tanpa alasan. Sikap yang tidak sehat terhadap anak akan mengakibatkan kepahitan hati.
- Ayah dan ibu bertanggung jawab untuk mendidik, membesarkan, dan mengembangkan tingkah laku anak-anak melalui pengajaran dan nasihat dari Tuhan. Nasihat dalam hal ini termasuk mengingatkan anak akan kesalahan-kesalahan (secara konstruktif) atau kewajiban-kewajiban.
Secara umum, cara orang tua mendidik anak sangat menentukan perkembangan anak. Oleh karena itu, jika orang tua tidak mendidik anak dengan tepat, anak-anak akan berpotensi menjadi anak yang sulit untuk dibimbing, dan bahkan menjadi pemberontak atau pembuat kerusuhan. Sebaliknya, jika anak-anak dididik dengan baik dan benar, mereka akan menjadi pemimpin-pemimpin masa depan yang bermoral, yang mempunyai cara hidup yang berkenan kepada Tuhan.
Dalam mendidik anak, hal paling penting diberikan adalah keteladanan dari para orang tua. Sebisa mungkin, jangan pernah melakukan kecerobohan dengan melakukan perselingkuhan/perzinaan, pemberian hukuman (fisik dan omelan) yang berlebihan kepada anak, perbuatan pilih kasih, ketidakhadiran orang tua ketika si anak membutuhkan mereka, tuntutan terus-menerus tanpa pujian, atau terlalu memproteksi anak sehingga mereka tidak dapat belajar mandiri.
Selain itu, sebagai ibu dan pendamping suami, kita harus saling mengingatkan untuk tidak "membangkitkan" amarah anak. Artinya, jangan sampai kita membuat mereka jengkel, tidak berdaya, dan sebagainya, dengan mempraktikkan kuasa yang berlebihan, tidak masuk akal, kasar, tuntutan yang kejam, dan larangan yang tidak perlu. Provokasi semacam ini akan mengakibatkan reaksi yang tidak baik, menumpulkan perasaan, menghilangkan kemauan anak untuk hal-hal yang suci, dan membuatnya merasa tidak berguna bagi orang tuanya. Orang tua yang bijaksana berusaha membuat ketaatan sebagai sesuatu yang didambakan dan diperoleh dengan cinta kasih dan kelemahlembutan. Orang tua tidak boleh menjadi penindas yang amoral dan tidak kenal kasih. Martin Luther berkata, "Selain tongkat, siapkan apel untuk diberikan kepada anak pada saat dia berbuat yang baik." Disiplin dalam pendidikan dan budaya umum harus dilaksanakan dengan hati-hati dan dengan didikan yang terus-menerus disertai banyak doa. Teguran, disiplin, dan nasihat berdasarkan firman Tuhan, menegur dan memuji ketika perlu adalah tanda dari "nasihat". Pengajaran yang diberikan bersumber dari Tuhan, dipelajari dalam "sekolah" pengalaman kristiani, dan dilaksanakan oleh orang tua (2 Timotius 3:16-17).
Dirangkum dari:
- __________. "Apa Kata Alkitab Mengenai Ibu Kristen?" Dalam http://www.gotquestions.org/Indonesia/ibu-Kristen.html
- __________. "Bagaimanakah Orang Kristen Mendidik Anak-Anaknya?" Dalam http://berbic.wordpress.com/2011/06/25/bagaimanakah-orang-kristen-mendid...
No comments:
Post a Comment