Jawaban: Dulu, memukul anak di pantat merupakan praktek mendidik anak yang diterima secara luas. Namun demikian, belakangan ini memukul anak (dan bentuk-bentuk hukuman badan lainnya) telah diganti dengan konsep “time-outs” (berhenti dari aktivitas-aktivitas yang mereka sukai) dan bentuk-bentuk hukuman lainnya yang tidak bersifat hukuman fisik.
Di beberapa negara, memukul anak bahkan sudah dianggap ilegal. Banyak orangtua yang takut memukul anaknya. Apalagi jika sampai dilaporkan kepada pemerintah bisa-bisa malah berakibat anaknya diambil dari mereka.
Jangan salah paham, kami bukan mendukung penyiksaan anak atau perlakuan kasar terhadap anak. Seorang anak tidak boleh didisiplin secara fisik sampai mengakibatkan kerusakan/gangguan fisik pada anak yang bersangkutan.
Namun, menurut Alkitab, mendisiplinkan anak secara fisik pada batas-batas tertentu merupakan hal yang baik; yang bisa mendukung pertumbuhannya serta mendatangkan kebaikan bagi si anak sendiri.
Banyak ayat Alkitab yang mendorong disiplin secara fisik. “Jangan menolak didikan dari anakmu ia tidak akan mati kalau engkau memukulnya dengan rotan. Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati.”
Masih ada ayat-ayat lain yang mendukung penghukuman secara fisik (Amsal 13:24; 22:15; 20:30). Alkitab sangat menekankan pentingnya disiplin; itu merupakan sesuatu yang harus kita miliki supaya menjadi orang-orang yang produktif. Disiplin merupakan hal yang lebih mudah dipelajari ketika seseorang masih muda.
Anak-anak yang tidak didisiplinkan akan tumbuh sebagai pemberontak, tidak menghormati otoritas dan akibatnya mereka juga tidak mau menaati dan mengikuti Allah.
Allah menggunakan disiplin untuk mengoreksi dan memimpin kita ke jalan yang benar, dan mendorong kita menyesali perbuatan-perbuatan kita (Mazmur 94:12; Amsal 1:7, 6:23, 12:1, 13:1, 15:5; Yesaya 38:16; Ibrani 12:9). Ini hanyalah beberapa ayat yang berbicara mengenai faedah dari disiplin.
Di sinilah masalahnya, sering kali para orangtua terlalu pasif atau terlalu agresif dalam usaha mereka membesarkan anak-anak. Mereka yang tidak percaya soal memukul anak sering kali tidak punya kemampuan untuk mengoreksi dan mendisiplinkan secara tepat, sehingga anak mereka bertumbuh secara liar dan suka melawan. Hal ini merusak anak dalam jangka panjang. “Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya” (Amsal 29:15).
Ada pula orangtua yang salah mengerti definisi Alkitab mengenai disiplin (atau mungkin mereka memang orang yang kasar dan suka menyiksa). Mereka menggunakan disiplin untuk membenarkan kekasaran dan penyiksaan terhadap anak-anak mereka.
Disiplin digunakan untuk mengoreksi dan mendidik orang untuk berjalan pada jalan yang benar. “Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya” (Ibrani 12:11).
Disiplin dari Allah itu penuh kasih, sebagaimana mestinya antara orangtua dan anak. Memukul anak tidak boleh sampai menyebabkan gangguan yang permanen atau dengan maksud untuk menyakiti, tapi memukul secara cepat (di bagian belakang/pantat di mana paling banyak daging) untuk mengajari mereka bahwa apa yang dilakukannya tidak dapat diterima.
Hal ini tidak boleh dilakukan untuk melampiaskan amarah atau rasa frustrasi kita, atau secara tidak terkontrol.
“Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan” (Efesus 6:4).
Mendidik anak “dalam ajaran dan nasihat Tuhan” termasuk menghukum, mengoreksi, dan ya, termasuk disiplin secara fisik yang dilakukan dalam kasih.
No comments:
Post a Comment